Perjuangan Melawan Penjajahan Belanda. Bangsa Eropa mulai mencari
barang-barang kebutuhan sehari-hari, seperti buah-buahan, rempah-rempah,
wol, porselin , dan lain-lain dari negara-negara di luar Eropa.
Indonesia, terkenal sebagai tempat penghasil rempah-rempah. Rempah-
rempah yang dihasilkan bangsa Indonesia digunakan sebagai bahan
obat-obatan, penyedap makanan, dan pengawet makanan. Maka,
berlomba-lombalah Bangsa Eropa untuk mendapatkan rempah-rempah dari
Indonesia.
Pada 22 Januari 1596 Belanda pertama kali mendarat di
Banten di bawah pimpinan Cornelis de Hautman. Pada awalnya, kedatangan
Bangsa Belanda disambut baik oleh Sultan Banten. Kegiatan perdagangan
menjadi ramai. Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Bangsa Belanda
berubah menjadi serakah dan kasar akhirnya diusir oleh Raja Banten.
Pada tahun 1598 Belanda datang kembali dengan sikap yang lebih baik.
Belanda dapat diterima kembali di Indonesia. Banyak pedagang Belanda
datang ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan terjadinya persaingan dagang
dan pertikaian di antara mereka. Akibatnya, harga rempah-rempah tidak
terkendali. Pada 20 Maret 1602 dibentuk Perkumpulan Dagang Hindia Timur
atau Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Tujuan didirikannya VOC
adalah :
Menghilangkan persaingan yang merugikan pedagang Belanda
Menyatukan tenaga untuk menghadapi saingan dari bangsa portugis dan pedagang lain di Indonesia
Mencari keuntungan sebesar-besarnya untuk membiayai perang
Akan tetapi, lama-kelamaan VOC berusaha menguasai perdagangan
(monopoli). Untuk mewujudkan maksud itu Pemerintah Belanda memberikan
hak-hak istimewa kepada VOC, yaitu :
Membuat perjanjian dengan raja setempat
Menyatakan perang dan membuat perdamaian
Membuat senjata dan mendirikan benteng
Mencetak uang
Mengangkat dan menghentikan pegawai
Di Maluku VOC melakukan Pelayaran Hongi (patroli laut) untuk mengawasi
rakyat Maluku agar tidak menjual rempah-rempah mereka kepada pedagang
lain. VOC berhasil merebut Maluku dari Portugis. Tahun 1605 Belanda
merebut Benteng Portugis di Ambon. Pusat perdagangan Ambon, Banda, dan
Jayakarta direbut Belanda pada masa Gubernur Jenderal J.P. Coen. Ia
mengganti nama Jayakarta menjadi Batavia.
VOC mampu berdiri dalam
waktu yang sangat lama. Pada Tanggal 31 Desember 1799, VOC dibubarkan.
VOC dibubarkan karena sebab-sebab berikut ini.
Pejabat-pejabat VOC melakukan korupsi dan hidup mewah.
VOC menanggung biaya perang yang sangat besar.
Kalah bersaing dengan pedagang Inggris dan Prancis.
Para pegawai VOC melakukan perdagangan gelap.
Daendels
Pada tanggal 1 Januari 1800, kekuasaan VOC di Indonesia digantikan
langsung oleh pemerintah Kerajaan Belanda. Pada tahun 1806, Napoleon
Bonaparte berhasil menaklukkan Belanda. Napoleon mengubah bentuk negara
Belanda dari kerajaan menjadi republik. Napoleon ingin memberantas
penyelewengan dan korupsi serta mempertahankan Pulau Jawa dari Inggris.
Ia mengangkat Herman Willem Daendels menjadi Gubernur Jenderal di
Batavia. Untuk menahan serangan Inggris, Daendels (1808-1811) melakukan
tiga hal, yaitu:
(1) menambah jumlah prajurit, (2) membangun pabrik
senjata, kapal-kapal baru, dan pos-pos pertahanan, (3) membangun jalan
raya Jalan Raya Anyer-Panarukan yang panjangnya sekitar 1.000 km.
Daendels memberlakukan kerja paksa tanpa upah untuk membangun jalan.
Kerja paksa ini dikenal dengan nama kerja rodi.
Pada tahun 1811,
Daendels dipanggil ke Belanda. Ia digantikan oleh Gubernur Jenderal
Janssens. Saat itu pasukan Inggris berhasil mengalahkan Belanda di
daerah Tuntang, dekat Salatiga, Jawa Tengah. Pada 18 September 1811
Janssens dipaksa menandatangani perjanjian Tuntang yang berisi :
Seluruh wilayah jajahan Belanda di Indonesia diserahkan kepada Inggris.
Adanya sistem pajak/sewa tanah.
Sistem kerja rodi dihapuskan.
Diberlakukan sistem perbudakan
Inggris berkuasa di Indonesia selama lima tahun (1811-1816). Pemerintah
Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles menjadi Gubernur Jenderal di
Indonesia. Pemerintah memberlakukan sistem sewa tanah yang dikenal
dengan nama landrente.Pada tahun 1816, Inggris menyerahkan wilayah
Indonesia kepada Belanda. Pemerintah Belanda menunjuk Van Der Capellen
sebagai gubernur jenderal. Van Der Capellen mempertahankan monopoli
perdagangan yang telah dimulai oleh VOC dan tetap memberlakukan kerja
paksa.
Pada tahun 1830, Van Der Capellen diganti Van Den Bosch.
Bosch memberlakukan tanam paksa atau cultuur stelsel untuk mengisi kas
pemerintah yang kosong. Van Den Bosch membuat aturan-aturan untuk tanam
paksa sebagai berikut:
Rakyat wajib menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.
Tanah yang dipakai untuk tanamam paksa bebas dari pajak.
Hasil tanaman diserahkan kepada Belanda.
Pekerjaan untuk tanam paksa tidak melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.
Kerusakan-kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi tanggungan Belanda.
Rakyat Indonesia yang bukan petani harus bekerja 66 hari tiap tahun bagi pemerintah Hindia Belanda.
Ada orang Belanda yang peduli terhadap nasib rakyat Indonesia. Dia
adalah Douwes Dekker. Ia mengecam tanam paksa melalui bukunya yang
berjudul Max Havelaar, dengan nama samaran Multatuli. Max Havelaar
menceritakan penderitaan bangsa Indonesia sewaktu dilaksanakan tanam
paksa. Max Havelaar menggegerkan seluruh warga Belanda. Timbul
perdebatan hebat tentang tanam paksa di negeri Belanda. Akhirnya,
Parlemen Belanda memutuskan untuk menghapus tanam paksa secepatnya.
Perlawanan Menantang Penjajahan Belanda
1. Perlawanan Rakyat Mataram
Pada tahun 1628 dan 1629, Mataram melancarkan serangan besar-besaran
terhadap VOC di Batavia. Sultan Agung mengirimkan ribuan prajurit untuk
menggempur Batavia dari darat dan laut. Tahun 1628 perlawanan mengalami
kegagalan karena kurangnya persediaan makanan, 1629 berhasil
menghancurkan benteng Hollandia
2. Perlawanan Rakyat Makasar
Di Sulawesi Selatan VOC mendapat perlawanan dari rakyat Indonesia di
bawah pimpinan Sultan Hassanuddin. Namun Sultan Hassanudin dapat
dikalahkan VOC dengan politik adu dombanya antara Sultan Hassanudin
dengan Aru Palaka Perlawanan terhadap VOC di Pasuruan Jawa Timur
dipimpin oleh Untung Suropati.
3. Perlawanan Rakyat Banten
Sultan Ageng Tirtayasa mengobarkan perlawanan di daerah Banten. Namun
mengalami kegagalan karena VOC menerapkan politik adu domba (devide et
impera) antara Sultan Ageng Tirtayasa dan putranya Sultan Haji. Sultan
Haji yang dibantu VOC mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa
4. Perlawanan Rakyat Maluku
Tahun 1816 VOC datang dan menguasai Maluku. Dipimpin oleh Thomas
Matulessi (Kapten Pattimura), rakyat Maluku melakukan perlawanan pada
tahun 1817. Pattimura dibantu oleh Anthony Ribok, Philip Latumahina,
Ulupaha, Paulus Tiahahu, dan seorang pejuang wanita Christina Martha
Tiahahu. Pada tanggal 16 Desember 1817, Pattimura dihukum gantung di
depan Benteng Victoria di Ambon.
5. Perang Padri (1821-1837)
Perang Padri bermula dari pertentangan antara kaum adat dan kaum agama
(kaumPadri). Kaum Padri ingin memurnikan pelaksanaan agama Islam.
Gerakan Padri itu ditentang oleh kaum adat. Kaum adat minta bantuan
kepada Belanda dengan imbalan sebagian wilayah Minangkabau. Pasukan
Padri dipimpin oleh Datuk Bandaro. Setelah beliau wafat diganti oleh
Tuanku Imam Bonjol. Pasukan Padri dengan taktik perang gerilya, berhasil
mengacaukan pasukan Belanda. Pada tahun 1825 terjadi gencatan senjata.
Belanda mengakui beberapa wilayah sebagai daerah kaum Padri. Tahun 1830
kaum adat mulai banyak membantu kaum Padri karena tidak menyukai
kesewenangan Belanda. Tahun 1833 terjadi pertempuran hebat di daerah
Agam, Belanda mengepung pasukan Bonjol. Namun pasukan Padri dapat
bertahan sampai dengan tahun 1837. Pada tanggal 25 Oktober 1837, benteng
Imam Bonjol dapat diterobos. Beliau tertangkap dan diasingkan di
Cianjur kemudian dipindahkan ke Minahasa hingga wafat
6. Perang Diponegoro (1825-1830)
Perang Diponegoro berawal dari kekecewaan Pangeran Diponegoro atas
campur tangan Belanda terhadap istana dan tanah tumpah darahnya.
Kekecewaan itu memuncak ketika Patih Danureja atas perintah Belanda
memasang tonggak-tonggak untuk membuat rel kereta api melewati makam
leluhurnya. Dipimpin Pangeran Diponegoro, rakyat Tegalrejo menyatakan
perang melawan Belanda tanggal 20 Juli 1825. Diponegoro dibantu oleh
Pangeran Mangkubumi sebagai penasehat, Pangeran Ngabehi Jayakusuma
sebagai panglima, dan Sentot Ali Basyah Prawiradirja sebagai panglima
perang. Kyai Mojo dari Surakarta mengobarkan Perang Sabil. Antara tahun
1825-1826 pasukan Diponegoro mampu mendesak pasukan Belanda. Pada tahun
1827, Belanda mendatangkan bantuan dari Sumatra dan Sulawesi. Jenderal
De Kock menerapkan taktik perang benteng stelsel. Taktik ini berhasil
mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro. Dalam perundingan yang
diadakan tanggal 28 Maret 1830 di Magelang, Pangeran Diponegoro
ditangkap Belanda. Beliau diasingkan dan meninggal di Makassar.
7. Perang Banjarmasin
Penyebab perang Banjarmasin adalah Belanda melakukan monopoli
perdagangan dan mencampuri urusan kerajaan. Perang Banjarmasin dipimpin
oleh Pangeran Antasari. Beliau didukung oleh Pangeran Hidayatullah. Pada
tahun 1862 Hidayatullah ditahan Belanda dan dibuang ke Cianjur.
Pangeran Antasari diangkat rakyat menjadi Sultan. Pangeran Antasari
berusaha mempertahankan wilayah Banjar dengan cara membakar stiap kapal
Belanda yang masuk wilayah Banjar. Tahun 1863 Belanda melancarkan
serangan ke seluruh wilayah Banjar hingga akhirnya Pangeran Antasari
gugur.
8. Perang Bali (1846-186gaul
Penyebab Perang Bali
adalah pihak Belanda menolak hak Tawan Karang yang diterapkan Kerajaan
Buleleng. Belanda melakukan tiga kali penyerangan, yaitu pada tahun
1846, 1848, dan 1849. Setelah Buleleng dapat ditaklukkan, rakyat Bali
mengadakan perang puputan, yaitu berperang sampai titik darah terakhir.
Di antaranya : (1) Perang Puputan Badung (1906),(2) Perang Puputan
Kusumba (190gaul, (3) Perang Puputan